Pas lagi buka levme(Lenovo me alias
laptop,heheh) dan iseng-iseng buka folder ILMI dan buka Hadist Bukhari yang
hampir seminggu didownload belum tersentuh pun untuk dibaca karena lihatnya
udah mabok duluan,3000an yg terbagi dalam 7pdf. Sambil menunggu maghrib iseng
dah baca-baca dan sampailah dihadist no.6 tentang Heraclius.
============================================================================
Telah menceritakan kepada kami
Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi' dia berkata, telah mengabarkan kepada kami
Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bin
'Utbah bin Mas'ud bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa
Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya; bahwa Heraclius menerima
rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri
Syam pada saat berlakunya perjanjian antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Saat singgah di Iliya' mereka
menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak dialog di majelisnya,
yang saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Heraclius
berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; "Siapa
diantara kalian yang paling dekat hubungan keluarganya dengan orang yang
mengaku sebagai Nabi itu?."
Abu Sufyan berkata; maka aku menjawab;
"Akulah yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan dia".
Heraclius berkata;
"Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya."
Maka mereka meletakkan
orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan. Lalu Heraclius berkata melalui
penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku bertanya kepadanya tentang
lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya.
"Demi Allah, kalau bukan
rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku niscaya
aku berdusta kepadanya."
Abu Sufyan berkata; Maka yang
pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah:
"bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?" Aku jawab:
"Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangsawan) ". Tanyanya lagi:
"Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia?" Aku
jawab: "Tidak ada". Tanyanya lagi: "Apakah bapaknya seorang
raja?" Jawabku: "Bukan". Apakah yang mengikuti dia orang-orang
yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Jawabku: "Bahkan yang mengikutinya
adalah orang-orang yang rendah". Dia bertanya lagi: "Apakah bertambah
pengikutnya atau berkurang?" Aku jawab: "Bertambah". Dia
bertanya lagi: "Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap
agamanya?" Aku jawab: "Tidak ada". Dia bertanya lagi:
"Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia menyampaikan
apa yang dikatakannya itu?" Aku jawab: "Tidak pernah". Dia
bertanya lagi: "Apakah dia pernah berlaku curang?" Aku jawab: "Tidak
pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu".
Berkata Abu Sufyan: "Aku
tidak mungkin menyampaikan selain ucapan seperti ini". Dia bertanya lagi: "Apakah
kalian memeranginya?" Aku jawab: "Iya". Dia bertanya lagi:
"Bagaimana kesudahan perang tersebut?" Aku jawab: "Perang antara
kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang
mengalahkan dia". Dia bertanya lagi: "Apa yang diperintahkannya
kepada kalian?" Aku jawab: "Dia menyuruh kami; 'Sembahlah Allah dengan
tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh
nenek moyang kalian. ' Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, menunaikan
zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim".
Maka Heraclius berkata kepada
penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku telah bertanya kepadamu
tentang keturunan orang itu, kamu ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangsawan.
Begitu juga laki-laki itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya. Dan aku tanya
kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya,
kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya
tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal
serupa. Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan
raja, maka kamu jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja,
tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. Dan aku tanyakan juga
kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan
apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak. Sungguh aku memahami, kalau
kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah.
Dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang
yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Kamu menjawab orang-orang
yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut
Rasul. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau
berkurang, kamu menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga
menjadi sempurna. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad
disebabkan marah terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang
begitulah iman bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati. Aku juga sudah bertanya
kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan memang
begitulah para Rasul tidak mungkin curang. Dan aku juga sudah bertanya kepadamu
apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian untuk
menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang
kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat,
menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim. Seandainya
semua apa yang kamu katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada
di bawah kakiku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa dia tidak ada diantara
kalian sekarang ini, seandainya aku tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu aku
akan berusaha keras menemuinya hingga bila aku sudah berada di sisinya pasti
aku akan basuh kedua kakinya. Kemudian Heraclius meminta surat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para Penguasa Negeri Bashrah,
Maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya
berbunyi:
"Bismillahir rahmanir
rahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa
Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu,
aku mengajakmu dengan seruan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kamu akan selamat,
Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika kamu berpaling, maka
kamu menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai ahli kitab, marilah (berpegang)
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai Rabb selain Allah". Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka:
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
Abu Sufyan menuturkan:
"Setelah Heraclius menyampaikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca
surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir
kami. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami diusir keluar; "sungguh
dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraclius mengkhawatirkan
kerajaan Romawi."Pada masa itupun aku juga khawatir bahwa Muhammad akan
berjaya, sampai akhirnya (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan aku ke
dalam Islam. Dan adalah Ibnu An Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraclius
adalah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari
ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian
komandan perangnya: "Sungguh kami mengingkari keadaanmu. Selanjutnya kata
Ibnu Nazhhur, "Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu
memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta
yang bertanya kepadanya; "Pada suatu malam ketika saya mengamati
perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di
antara ummat ini yang di khitan?" Jawab para pendeta; "Yang berkhitan
hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau karena orang-orang Yahudi
itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang
Yahudi di negeri tersebut di bunuh." Ketika itu di hadapakan kepada Heraclius
seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius
memerintahkan mengunci semua pintu.
Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau , akuilah Muhammad sebagai Nabi!." Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu." Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh Shalih bin Kaisan dan Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri.
Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau , akuilah Muhammad sebagai Nabi!." Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu." Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh Shalih bin Kaisan dan Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri.
(H.R Imam Bukhari No.0006)
Mengenai jawaban dari pendeta
yang mengatakan ummat yang berkhitan adalah kaum Yahudi, saya jadi ingat
tausiyah (maaf lupa di masjid UI depok atau masjid UMB atau salah satu stasiun
tv) yang pada saat itu dikira Nabi terakhir akan lahir dari Yahudi sehingga
para orang tua berbondong-bondong menitipkan pengasuhan anaknya terhadap Yahudi
sehingga anaknya menjadi Yahudi juga karena dari hasil didik masa pengasuhan.
Namun ketika Nabi Muhammad SAW yang ternyata lahir bukan dari kaum Yahudi,
tersesal amat dalam para orang tua. Nasi telah menjadi bubur dan sudah sulit
untuk menghilangkan agama Yahudi yang sudah tertanam dalam hati anak-anak
mereka. Dan ketika salah seorang orang tua mengadukan hal ini terhadap
Rasulullah SAW karena mereka tidak ingin anaknya kafir dengan tidak mengikuti
Islam. “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”
Reference: