Minggu, 21 Februari 2016

NABI MUHAMMAD SAW DAN HERACLIUS

Print Friendly and PDF
Pas lagi buka levme(Lenovo me alias laptop,heheh) dan iseng-iseng buka folder ILMI dan buka Hadist Bukhari yang hampir seminggu didownload belum tersentuh pun untuk dibaca karena lihatnya udah mabok duluan,3000an yg terbagi dalam 7pdf. Sambil menunggu maghrib iseng dah baca-baca dan sampailah dihadist no.6 tentang Heraclius.
============================================================================
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi' dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya; bahwa Heraclius menerima rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam pada saat berlakunya perjanjian antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak dialog di majelisnya, yang saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; "Siapa diantara kalian yang paling dekat hubungan keluarganya dengan orang yang mengaku sebagai Nabi itu?."
Abu Sufyan berkata; maka aku menjawab; "Akulah yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan dia".
Heraclius berkata; "Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya."
Maka mereka meletakkan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan. Lalu Heraclius berkata melalui penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku bertanya kepadanya tentang lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya.
"Demi Allah, kalau bukan rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku niscaya aku berdusta kepadanya."
Abu Sufyan berkata; Maka yang pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah: "bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?" Aku jawab: "Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangsawan) ". Tanyanya lagi: "Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia?" Aku jawab: "Tidak ada". Tanyanya lagi: "Apakah bapaknya seorang raja?" Jawabku: "Bukan". Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Jawabku: "Bahkan yang mengikutinya adalah orang-orang yang rendah". Dia bertanya lagi: "Apakah bertambah pengikutnya atau berkurang?" Aku jawab: "Bertambah". Dia bertanya lagi: "Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?" Aku jawab: "Tidak ada". Dia bertanya lagi: "Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya itu?" Aku jawab: "Tidak pernah". Dia bertanya lagi: "Apakah dia pernah berlaku curang?" Aku jawab: "Tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu".
Berkata Abu Sufyan: "Aku tidak mungkin menyampaikan selain ucapan seperti ini". Dia bertanya lagi: "Apakah kalian memeranginya?" Aku jawab: "Iya". Dia bertanya lagi: "Bagaimana kesudahan perang tersebut?" Aku jawab: "Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang mengalahkan dia". Dia bertanya lagi: "Apa yang diperintahkannya kepada kalian?" Aku jawab: "Dia menyuruh kami; 'Sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. ' Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim".
Maka Heraclius berkata kepada penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku telah bertanya kepadamu tentang keturunan orang itu, kamu ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangsawan. Begitu juga laki-laki itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya. Dan aku tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa. Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, maka kamu jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. Dan aku tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak. Sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah. Dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut Rasul. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kamu menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga menjadi sempurna. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan marah terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah iman bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul tidak mungkin curang. Dan aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim. Seandainya semua apa yang kamu katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa dia tidak ada diantara kalian sekarang ini, seandainya aku tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha keras menemuinya hingga bila aku sudah berada di sisinya pasti aku akan basuh kedua kakinya. Kemudian Heraclius meminta surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para Penguasa Negeri Bashrah, Maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya berbunyi:
"Bismillahir rahmanir rahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, aku mengajakmu dengan seruan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kamu akan selamat, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah". Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
Abu Sufyan menuturkan: "Setelah Heraclius menyampaikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami diusir keluar; "sungguh dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraclius mengkhawatirkan kerajaan Romawi."Pada masa itupun aku juga khawatir bahwa Muhammad akan berjaya, sampai akhirnya (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan aku ke dalam Islam. Dan adalah Ibnu An Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraclius adalah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya: "Sungguh kami mengingkari keadaanmu. Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, "Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya; "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang di khitan?" Jawab para pendeta; "Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau karena orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut di bunuh." Ketika itu di hadapakan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan mengunci semua pintu.
Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau , akuilah Muhammad sebagai Nabi!." Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu." Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh Shalih bin Kaisan dan Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri.
(H.R Imam Bukhari No.0006)


Mengenai jawaban dari pendeta yang mengatakan ummat yang berkhitan adalah kaum Yahudi, saya jadi ingat tausiyah (maaf lupa di masjid UI depok atau masjid UMB atau salah satu stasiun tv) yang pada saat itu dikira Nabi terakhir akan lahir dari Yahudi sehingga para orang tua berbondong-bondong menitipkan pengasuhan anaknya terhadap Yahudi sehingga anaknya menjadi Yahudi juga karena dari hasil didik masa pengasuhan. Namun ketika Nabi Muhammad SAW yang ternyata lahir bukan dari kaum Yahudi, tersesal amat dalam para orang tua. Nasi telah menjadi bubur dan sudah sulit untuk menghilangkan agama Yahudi yang sudah tertanam dalam hati anak-anak mereka. Dan ketika salah seorang orang tua mengadukan hal ini terhadap Rasulullah SAW karena mereka tidak ingin anaknya kafir dengan tidak mengikuti Islam. “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”

                
Reference:

Sabtu, 20 Februari 2016

Berkaca pada Maryam dalam menanti jodoh

Print Friendly and PDF
Di beranda facebook saya temukan gambar dan tulisan yang cukup menohok. Begini kira-kira bunyinya, "Fenomena akhir zaman, wanita sibuk memikirkan perihal jodoh tapi lalai/jahil terhadap Al Quran."

Saya pun berkaca pada diri pribadi. Yaa... tak dipungkiri, dari lucu-lucuan hingga kadang kepikiran kapan bahkan kepikiran terus tentang jawaban kesendirian ini, tapi saya sering lupa sejauh mana ibadah saya, hafalan quran, baca quran dan pengamalannya. Malu... malu sekali rasanya. Beragam tulisan yang saya hasilkan rasanya menampar wajah saya sendiri. Meminta validasi lisan dengan bukti amal perbuatan.

Menjaga izzah (kehormatan diri) wanita yang istiqomah menjomblo sampai dihalalkan seharusnya seperti Maryam. Ya, maryam binti imran yang namanya termaktub dalam Al quran surat kesembilan belas. Wanita yang dimuliakan Allah hingga diberi penghargaan abadi menjadi nama surat dalam al quran tersebut. Wanita yang dilebihkan dari empat wanita yang dipastikan menjadi penghuni surga: Asiyah, Khadijah, Aisyah, dan tentunya Maryam. Mengapa Maryam begitu istimewa?

Sebab Maryam menjaga kehormatannya dengan takwa. Kesendiriannya menjadi ladang amal yang besar. Meski kisahnya yang hamil tanppa adanya suami tidaklah akan terjadi lagi dan tentu berbeda dengan fenomena masa kini. Di mana banyak wanita yang sudah dicabut rasa malunya hingga hamil di luar nikah menjadi hal biasa. Memiliki anak tanpa pernikahan yang sah, tanpa diketahui siapa ayah dari bayinya menjadi berita keseharian. Bahkan rasa sakit saat melahirkan pun Allah cabut, hingga tiada lagi rasa kesyukuran, perjuangan hidup dan mati, pahala saat melahirkan, dan kasih sayang terhadap anak yang dilahirkan, membuat para wanita tersebut dengan mudah membiarkan anaknya mati, aborsi, atau dibesarkan seadanya dan kembali melakukan zina itu lagi. Bahkan keledai pun tak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali. Naudzubillah...

Maka, berkaca pada Maryam... dalam kesendiriannya ia tetap menyibukkan diri dan memenuhi kewajiban dan tujuan ia dicipta: beribadah. Begitu sayangnya Allah pada kita, hingga tersedia beragam kisah dan contoh untuk setiap keadaan dengan sirah sahabat atau sahabiyah, serta para salafus salih. Tinggal kita yang mempelajari dan meneladaninya, mau seperti apa?

Semoga saya, dan para muslimah lainnya yang belum dipertemukan dengan jodohnya mampu meneladani Maryam. Bahwa surga bisa kita raih, meskipun mungkin kita belum menggenapi agama ini dengan menikah. Tentunya tanpa berputus asa bahwa setiap hal ada pasangannya. Asal Allah ridha, segala perkara selesai.


Meta morfillah


Jumat, 19 Februari 2016

PARENTING ALA SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB ra.

Print Friendly and PDF

Alhamdulillah sering menonton Islam Itu Indah setiap bada subuh jadi terus menambah ilmu. Kali ini ingin sekedar share mengenai Parenting dan jujur saya sendiri juga baru tahu ada konsep 7x3. Karena selama membaca buku-buku parenting belum pernah menemukan akan pembagian usia 7tahun selama 3x. Dan itu ternyata parenting ala Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra yang terkenal dengan kepintaran,kejujuran dan kesetiaannya terhadap Rasulullah SAW.
“Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya,karena mereka hidup bukan dijamanmu.” (Ali bin Abi Thalib)

Bagi orang tua anak adalah amanah dari Allah SWT yang bisa menjadi teman (surga) atau musuh sendiri(neraka) sehingga orang tua harus mendidik dan membesarkannya dengan sebaik-baiknya. Tidak sedikit orang tua yang mengeluh ketika si anak telah tumbuh dewasa namun mereka berani terhadap orang tua bahkan sampai durhaka. Sampai-sampai hanya karena harta berani mendzalimi orang tua sendiri. Astaghfirullah….naudzubillahi min dzalik
Anak dididik secara baik – baik saja bisa menjadi tidak baik akibat salah pergaulan, apalagi yang sudah salah didik dari awal. Anak adalah masa depan yang merupakan investasi bagi kedua orang tuanya di dunia dan akhirat.

Menurut Ali bin Abi Thalib ra. Ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak :
1.     Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja
2.    Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan
3.    Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat

1. ANAK SEBAGAI RAJA (usia 0-7 tahun)
Yang dimaksud di sini bukan berarti kita menuruti semua keinginan anak melainkan perhatian penuh kepada anak. Karena anak di usia inilah mereka mengalami masa emas sehingga maksimal pembentukan otak 70% dan kemampuan anak menyerap informasi masih sangat kuat. Jangan serahkan sepenuhnya pada pengasuh, pada nenek – kakeknya (dan kalo menolak atau tidak berkenan dengan didikan mereka sebaiknya dengan ucapan yang tidak menyinggung karena orang tua lebih sensitif). Tapi rawatlah dia dengan sepenuh hati dan kaya akan kasih sayang.
Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan perilakunya, misalnya :
v  Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memangil kita, bahkan ketika sedang sibuk dengan pekerjaan kita maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika memanggilnya.
v  Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai kita saat kita kelelahan atau sakit.
v  Saat kita berusaha keras menahan emosi disaat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari, ia akan mampu menahan emosinya ketika adik atau temannya melakukan kesalahan padanya.
Jadi ingat akan tausiyah Ustadz Haikal di acara UMMAT, ada 4 anak yang sedang bermain hingga waktu senja. Anak pertama yang ketika pulang langsung disambut sapu ibunya di depan pintu dan si ibu pun langsung memukulnya sambil memarahi karena main sampai senja. Ketiga anak tersebut pun sontak langsung tertawa ketika melihat temannya dimarahi ibunya. Anak kedua pun tiba di rumahnya dan si bapaknya langsung menyambutnya dengan tongkat sejenisnya lah kemudian langsung memarahi dan memukulnya.Kedua anak tersebut pun tertawa melihat kejadian tersebut. Anak ketiga pun demikian dan anak keempat tibalah di rumahnya. Dan dengan penuh rasa was-was dibukakanlah pintu oleh ibunya sembari tangan kanan sang ibu membawa segelas teh manis hangat dan berucap “mandi sana, ibu sudah masakin air hangat unutk kamu”
Sang anak pun langsung memeluk ibunya sambil menangis yang membuat siibu merasa heran.
“Kenapa kamu menangis?”
“Yang lain pas sampai rumah langsung dimarahi dan dipukul tapi ibu malah ngasih teh manis anget dan nyiapin air anget buat mandi.” Jawab si anak
Siibu hanya tersenyum dan Cuma menjawab “kamu pasti capek habis seharian main.”
Masya allah….dan ternyata itu adalah kisah nyata Ustadz Haikal ketika kecil dulu. Subhanallah… ntms banget ini buat saya pribadi.

v  Selalu katakana “tolong” disaat kita meminta bantuan dalam hal apapun dan “terima kasih” sesudahnya sehingga ia juga akan melakukan demikian.

2.ANAK SEBAGAI TAWANAN (8-14 tahun)
Bacanya tuh agak serem juga yah…tawanan…tawanan perang.Heheh…
Kedudukan tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat. Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban tertentu. Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak unutk diberikan hak dan kewajiban tertentu.
Rasulullah SAW mulai memerintahkan seorang anak unutk shalat wajib pada usia 7 tahun dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut atau mengganti dengan hukuman seperlunya ketika ia telah berusia 10 tahun namun meninggalkan shalat. Karena itu usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal terkait hukum-hukum agama bail yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti :
v  Melakukan Shalat wajib 5 waktu
v  Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat
v  Menjaga pergaulan lawan jenis
v  Membiasakan membaca Al-Qur’an
v  Membantu pekerjaan rumah tangga yang mudah dikerjakan oleh anak seusianya
v  Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-sehari.
Namun demikian, perlakukan pada setiap anak tidak harus sama karena every child is unique (setiap anak itu unik)

3.ANAK SEBAGAI SAHABAT (Usia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baliggh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib ra.
v  Berbicara dari hati ke hati (adanya keterbukaan). Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa. Selain mengalami perubahan fisik, ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan sehingga sangat mungkin aka nada masalah yang harus dihadapinya. Kita harus membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baligh itu ia akan mempunyai buku amalan sendiri yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
v  Memberi ruang lebih setelah memasuki usia akil baligh. Anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang namun tetap dalam pengawasan kita.(Jadi tidak pernah salah kalo Ibu harus berpendidikan tinggi sehingga terus memberi kebebasan gerak pada anak namun maih dalam pengawasan kita. Misalnya saja gadget..kalo orang tuanya gaptek terlebih ibu yang ada kita selalu dikecohiin anak. Banyak kasus crime socmed yang banyak terjadi dan kebanyakan orang tua yang mengalami kejadian tersebut kurang up date. NTMS juga ini buat saya yang harus sebisa mungkin untuk tidak gaptek, tidak harus high tech minimal tidak gaptek). Controlling tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi berdo’a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat unutk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
v  Memperecayakan tanggung jawab yang lebih berat. Waktu usia 15-21 tahun ini penting bagi kita unutk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.
Contoh pemberian tangung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik-adiknya, mengerjakan beberapa pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola keuangan sendiri.(Bisa kita lihat keluarga halilintar dimana mempunyai anak banyak namun mampu bekerjasama dan bertanggung jawab dengan tugasnya.)
v  Membekali anak dengan keahlian hidup.
Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah.”(Riwayat shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Secara harfiah, olahraga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat baik unutk kebuugaran tubuh dan juga dapat menajamkan daya ingat loh… berenang dapat meningkatkan IQ. Anak mantan presiden ke tiga Indonesia B>J habibie selalu menyuruh anaknya renang sehingga di usia yang masih remaja mampu berprestasi bahkan IQnya melebihi bapaknya. Masya allah…. Untuk berkuda dan memanah itu dapat menajamkan daya ingat karna olah raga tersebut benar-benar melatih otak kita agar fokus.
Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik darat, laut dan udara). Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan focus pada tujuan.
Di era modern sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut :
Ø  Berkuda = Skill of Life. Memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.
Ø  Berenang = Survival of Live. Mendidik anak agar selalu bersemangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
Ø  Memanah = Thinking of Life. Mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan unutk target hidupnya.


Kamis, 18 Februari 2016

⭐CARA MUDAH MENGHAFAL AL QUR’AN⭐

Print Friendly and PDF
Semoga Artikel kali ini bermanfaat dan dapat menambah semangat kaum muslimin untuk dapat menyelesaikan hafalan Al Qur’an yang mulia(#ntms banget buat saya ^ _ *)

الحمد لله والصلاة والسلام على نبينا محمد ، وعلى آله وصحبه أجمعين

🌀 Berikut adalah metode untuk menghafal Al-Quran yang memiliki keistimewaan berupa kuatnya hafalan dan cepatnya proses penghafalan. Kami akan jelaskan metode ini dengan membawa contoh satu halaman dari surat Al-Jumu’ah:

1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali :

يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali:

وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali:

ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

5. Bacalah keempat ayat ini dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut.

6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali:

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali:

قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali:

وَلَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ

9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

10. Bacalah ayat kelima sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut.

11. Bacalah ayat pertama sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk menguatkan/meng-itqankan hafalan untuk halaman ini.

Demikianlah ikuti cara ini dalam menghafal setiap halaman Al-Qur’an. Dan janganlah menghafal lebih dari seperdelapan juz dalam setiap hari agar tidak berat bagi anda untuk menjaganya.

🌀Bagaimana cara menggabungkan antara menambah hafalan dan muraja’ah?

🔸 Janganlah anda menghafal Al-Quran tanpa proses muraja’ah/pengulangan. Hal ini dikarenakan jika anda terus menerus menambah hafalan Al-Quran lembar demi lembar hingga selesai kemudian anda ingin untuk mengulang kembali hafalan anda dari awal maka hal itu akan berat dan anda dapati diri anda telah melupakan hafalan yang lalu. Oleh karena itu, jalan terbaik (untuk menghafal) adalah dengan menggabungkan antara menambah hafalan dan muraja’ah.

🔸 Bagilah Al-Quran menjadi 3 bagian dimana setiap bagian terdiri dari 10 juz. Jika anda menghafal satu halaman setiap hari, maka ulangilah 4 halaman sebelumnya sampai anda menghafal 10 juz. Jika anda telah mencapai 10 juz, maka berhentilah selama sebulan penuh untuk muraja’ah dengan cara mengulang-ulang 8 halaman dalam setiap harinya.

🔸 Setelah sebulan penuh muraja’ah, maka mulailah kembali untuk menambah hafalan yang baru baik satu atau dua halaman setiap harinya tergantung kemampuan disertai dengan muraja’ah sebanyak 8 halaman dalam sehari. Lakukan ini sampai anda menghafal 20 juz. Jika anda telah mencapainya, maka berhentilah dari menambah hafalan baru selama 2 bulan untuk mengulang 20 juz. Pengulangan ini dilakukan dengan mengulang 8 halaman setiap hari.

🔸 Setelah 2 bulan, mulailah kembali menambah hafalan setiap hari sebanyak satu sampai dua halaman dengan dibarengi muraja’ah/pengulangan 8 halaman sampai anda menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.

🔸 Jika anda telah selesai menghafal seluruh Al-Qur’an, ulangilah 10 juz pertama saja selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz. Kemudian ulangilah 10 juz kedua selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz bersamaan dengan itu ulangilah pula 8 halaman dari 10 juz pertama. Kemudian ulangilah 10 juz terakhir selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz bersamaan dengan itu ulangilah pula 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.

🌀 Bagaimana cara memuraja’ah/mengulang Al-Quran seluruhnya jika saya telah menyelesaikan system muraja’ah di atas?

💠 Mulailah dengan memuraja’ah Al-Qur’an setiap hari sebanyak 2 juz. Ulangilah sebanyak 3 kali setiap hari hingga anda menyelesaikan Al-Qur’an setiap 2 minggu sekali. Dengan melakukan metode seperti ini selama satu tahun penuh, maka –insya Allah- anda akan dapat memiliki hafalan yang mutqin/kokoh.

🌀 Apa yang harus dilakukan setelah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dalam satu tahun?

🔺Setelah setahun mengokohkan hafalan Al-Qur’an dan muraja’ahnya, jadikanlah Al-Qur’an sebagai wirid harian anda sampai akhir hayat sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjadikannya sebagai wirid harian. Adalah wirid Rasulullah dengan membagi Al-Qur’an menjadi 7 bagian sehingga setiap 7 hari Al-Qur’an dapat dikhatamkan. Berkata Aus bin Hudzaifah رحمه الله: Aku bertanya pada sahabat-sahabat Rasulullah – صلى الله عليه وسلم – tentang bagaimana mereka membagi Al-Qur’an (untuk wirid harian). Mereka berkata: 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan dari surat Qaf sampai selesai. (HR. Ahmad). Yaitu maksudnya mereka membagi wirid Al-Quran sebagai berikut:

🔹Hari pertama: membaca surat “Al Fatihah” hingga akhir surat “An-Nisa”,
🔹Hari kedua: dari surat “Al Maidah” hingga akhir surat “At-Taubah”,
🔹Hari ketiga: dari surat “Yunus” hingga akhir surat “An-Nahl”,
🔹Hari keempat: dari surat “Al Isra” hingga akhir surat “Al Furqan”,
🔹Hari kelima: dari surat “Asy Syu’ara” hingga akhir surat “Yaasin”,
🔹Hari keenam: dari surat “Ash-Shafat” hingga akhir surat “Al Hujurat”,
🔹Hari ketujuh: dari surat “Qaaf” hingga akhir surat “An-Naas”.

Wirid Rasulullah – صلى الله عليه وسلم – di singkat oleh para ulama dengan perkataan: فمي بشوق (famii bisyauqi/bibirku selalu merindukan (Al Qur'an)). Dimana setiap huruf dari kata ini merupakan surat awal dari kelompok surat yang dibaca setiap hari.

🌀 Kaidah-kaidah dan batasan-batasan dalam menghafal Al-Qur’an

Wajib bagi anda menghafal dengan bantuan seorang ustadz/syeikh untuk membenarkan bacaan anda
Hafalkan 2 halaman setiap hari (anjuran, bukan kewajiban). Caranya; Satu halaman setelah Subuh, dan satu halaman lagi sesudah Ashar atau sesudah Maghrib. Dengan cara ini, maka anda akan mampu menghafal Al-Qur’an seluruhnya dengan mutqin/kokoh dalam waktu satu tahun. Adapun jika anda menambah hafalan diatas 2 halaman setiap hari maka hafalan anda akan lemah disebabkan semakin banyaknya ayat yang harus dijaga..
Hendaklah menghafal dengan menggunakan satu cetakan mushaf karena hal ini dapat menolong anda dalam memantapkan hafalan dan meningkatkan kecepatan dalam mengingat posisi-posisi ayat serta awal dan akhir setiap halaman Al-Qur’an.
Setiap orang yang menghafal dalam 2 tahun pertama biasanya masih mudah kehilangan hafalannya. Masa ini dinamakan dengan Marhalah Tajmi’ (fase pengumpulan). Janganlah bersedih atas mudahnya hafalan anda hilang atau banyaknya kekeliruan anda. Karena memang fase ini merupakan fase cobaan yang sulit. Dan waspadalah, karena syaithan akan mengambil kesempatan ini untuk menggoda anda agar berhenti dari menghafal Al-Qur’an. Maka janganlah perdulikan rasa was-was syaithan tersebut dan teruskan menghafal karena sesungguhnya itu adalah harta yang sangat berharga yang tidak diberikan pada setiap orang.

Reference :
Ditulis oleh Syeikh Abdul Muhsin Al-Qasim 
Beliau adalah Imam dan Khatib di Masjid Nabawi

 🔲AHQ&IHQ🔲